PortalBeritanya Terang dan Terpercaya Loh..
– Belum lama ini beberapa “elite” daerah dari Kabupaten Karo dan tetangganya, datang ke Jakarta menemui parlemen di Senayan. Mereka mempresentasikan aspirasi pembangunan jalan tol Medan-Berastagi. Ini sebenarnya bukan isu baru. Sejak sekitar tiga tahun lalu rencana infrastruktur tersebut sudah digulirkan ke tingkat provinsi. Bahkan sudah dilakukan kajian oleh konsultan konstruksi dan konon dinyatakan “possible” direalisasikan meski harus melalui kontur demografi perbukitan dan tidak sedikit melintasi jurang. Konsepnya dengan jalan tol layang. Gambarannya, ruas jalan tol ini akan melintasi sejumlah wilayah di dua kabupaten, yakni Tanah Karo dan Deli Serdang. Target awal adalah pembangunan dua ruas jalan dengan total kebutuhan dana sekitar Rp500 miliar. Ruas pertama dari daerah Sembahe sampai Lau Kaban dengan estimasi Rp150 miliar dan ruas kedua dari Bandar Baru sampai ke Doulu dengan anggaran sekitar Rp350 miliar. Tim loby pun sudah dibentuk, terdiri atas unsur dari beberapa stakeholder dan dimotori dinas terkait di Pemkab Karo. Dari sisi keinginan will, upaya ini patut diapresiasi. Luasnya rentang kendali pusat dengan daerah, ditambah lagi begitu banyaknya masalah rakyat yang harus diurus pusat, membuat daerah memang perlu sesekali mengkomunikasikan aspirasinya secara langsung ke Ibu Kota, bagaimana pun teknisnya. Bicara keinginan juga, sepertinya, tidak ada satu pun daerah di Indonesia atau bahkan di dunia, merasa keberatan bila wilayahnya dilalui jalan bebas hambatan. Secara pribadi, sebagai “orang Karo”, mustahil juga bagi saya menolak keinginan ini karena jika perlu, jalan tol itu sampai ke Perbesi, kampung halaman saya di Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo. Namun dari sisi kebutuhan needs, berbeda ceritanya. Apa memang benar Tanah Karo membutuhkan Tol Medan-Berastagi? Seperlu apa Deli Serdang dengan Tol Medan-Berastagi? Dan kenapa rupanya dengan Medan kalau tidak ada tol ini? Saya masih gamang saat memikirkan ketiga pertanyaan mendasar itu. Apalagi bila harus dijawab dengan penjelasan yang rasional dari berbagai sudut. Dari aspek ekonomi saja misalnya, ketiga pertanyaan di atas dapat dirangkum dengan satu pertanyaan, “Apa untungnya membangun Tol Medan-Berastagi?” Selama ini, bila kita ingin ke Tanah Karo melalui Berastagi, normalnya harus melalui Jalan Jamin Ginting. Ruas berstatus Jalan Nasional ini cukup mulus dan mengenai lebar, baru-baru ini sudah dilakukan pelebaran, mulai dari daerah Sembahe, sampai Kabanjahe. Cukup lebar, sampai bisa menjejerkan empat mobil sekaligus atau dilintasi dua truk kontainer secara bersamaan. Namun sampai sekarang memang belum diberikan pembatas/pemisah ruas di tengah badan jalan sehingga lebih rawan kecelakaan. Belakangan ini juga acap terjadi longsor karena hujan sehingga membahayakan dan menyendat arus lalu lintas. Tersendatnya lalu lintas pun sebenarnya lebih sering terjadi pada momen-momen tertentu. Seperti pada saat weekend yang mana terjadi lonjakan volume kendaraan baik dari arah Berastagi maupun sebaliknya dari Medan. Atau ada truk yang tertatih-tatih menanjak sehingga kendaraan-kendaraan di belakangnya tertahan dan mengular. Kendati demikian, kemacetan tidak terjadi setiap saat atau bahkan saban hari. Pada hari-hari biasa, nyaris tidak ada persoalan berarti saat melintasi jalan berkelok-kelok ini. Di luaran, sampai sekarang juga belum terdengar pengusaha angkutan barang “berteriak” armadanya berkali-kali nyangkut di jalan sehingga menimbulkan kerugian signifikan. Para wisatawan lokal dan asing, pegawai, anak sekolahan, pebisnis atau kalangan lain yang sering melintasi jalan Jamin Ginting, Medan-Berastagi, juga begitu. Belum ada yang berkeluh kesah menceritakan kenestapaannya di jalan karena selalu dihajar macet. Jadi faktanya, jalan Jamin Ginting, Medan Berastagi, sejauh ini belum kenapa-kenapa. Destinasi Wisata Justru, Tanah Karo akan jadi kenapa-kenapa bila tidak sesegera mungkin dan semaksimal mungkin membangun sektor pariwisata. Bermimpi akan menyaingi Bali sekalipun tidak apa, asal memang pariwisata yang dikejar. Saya bayangkan, bila duit Rp500 miliar yang diminta untuk pembangunan tol itu dipakai membiayai pengembangan kawasan Danau Toba di Kecamatan Merek, air terjun Sipiso-Piso, kawasan Gunung Sibayak, Gundaling, Penatapen, air panas Doulu, Lau Kawar dan seabreg lokasi wisata lain, tentu lebih “nendang” secara ekonomi. Seabreg? Ya, Tanah Karo memang mempunyai lokasi wisata yang saking banyaknya, sampai sulit dihafal. Belum lagi kawasan Bukit Barisan yang juga melintasi daerah berpenduduk lebih dari 500 ribu jiwa tersebut. Makanya, saya bingung mengapa pariwisata belum menjadi panglima ekonomi Karo menggantikan sektor pertanian yang hampir satu dekade terakhir lebih dari 70% digerus abu dan lahar dingin erupsi Sinabung. Bukan tidak mungkin, Sinabung yang gemar erupsi pun bisa dijadikan obyek wisata geogologi. Dalam pariwisata, tidak terlalu sulit menjual sesuatu yang unik dan Sinabung punya itu. Cuma Tuhan yang tahu kapan gunung berketinggian mdpl tersebut berhenti “batuk”. Yang jadi persoalan bila kita hanya berdiam menerima kondisi itu tanpa berupaya keras mencari peluang lain. Sektor pariwisata juga sedang “happening” di Provinsi Sumut, terutama berkaitan dengan Danau Toba. Bicara soal pariwisata Sumut, isu sentralnya saat ini ya Danau Toba. Di atas saya katakan pariwisata harus sesegera mungkin dan semaksimal mungkin digarap Tanah Karo, karena sekarang adalah momentumnya. Tidak lama lagi semoga situs gunung berapi kuno itu akan ditetapkan oleh Unesco sebagai National Geopark Toba atau menjadi cagar yang dilindungi dunia. Danau Toba juga pada 2017 sudah dimasukkan dalam 10 destinasi wisata prioritas di Tanah Air. Regulasi teknis dan badan khusus untuk pengimplementasian kebijakan itu pun sudah ada. Setelah instrumen regulasi dan otoritas, moda transportasi seperti kapal feri, bus dan pesawat juga sebentar lagi lengkap. Ditunjang lagi dengan mulai dioperasikannya Tol Trans Sumatera, bandara Silangit, akses ke dan dari Danau Toba sudah jauh semakin mudah dan cepat, dari manapun. Asiknya, Tanah Karo merupakan satu dari tujuh kabupaten yang wilayahnya memiliki kawasan Danau Toba. Jadi, akan lebih cocok sebenarnya kalau “elite” Karo ngotot minta bantuan APBN untuk pengembangan pariwisata ketimbang Tol Medan-Berastagi. Jalan tol itu penting, tapi lebih baik bila mementingkan dahulu pembangunan sentra ekonominya. Toh, kapasitas infrastruktur jalan penghubungnya masih memadai. Kapan waktu yang tepat untuk membangun Tol Medan-Berastagi? Kalau sudah jadi kebutuhan dan banyak cara untuk membiayainya. Tidak perlu sampai habis-habisan meloby curahan dana APBN, karena bila Tanah Karo sudah seksi jadi tujuan wisata dan investasi, banyak pihak berduit yang malah akan berebutan menawarkan pembiayaan. Penulis Yoseph Pencawan Jurnalis Post Views 1 LONGSORyang terjadi beberapa hari lalu di jalan menuju ka­wasan wisata Kota Berastagi tepatnya di Jalan Jamin Gin­ting KM 36-38, adalah momentum untuk segera me­wujudkan jalan alternatif Rawasering (Tanjungmorawa-Seribu Do­lok, Tongging). Karena hingga kini jalan menuju Berastagi tidak memiliki jalan alternatif, sehingga saat terjadi bencana long­sor maka akan sangat berdampak terhadap Tarif Tol Jakarta Medan – Melakukan perjalanan jauh seperti dari satu kota ke kota lainnya atau bahkan dari satu provinsi ke provinsi lainnya sudah bisa dilakukan dengan mudah berkat hadirnya jalan bebas hambatan. Dimana jalan bebas hambatan atau jalan tol sendiri saat ini tidak hanya tersedia di Pulau Jawa saja, namun juga sudah terdapat di Sumatera hingga diketahui, hadirnya jalan tol sendiri semakin memudahkan masyarakat ketika ingin melakukan perjalanan jauh seperti saat mudik lebaran ke kampung halaman saat hari raya Idul Fitri. Cukup banyak masyarakat yang mudik ke Pulau Jawa, namun tidak sedikit pula yang pulang ke Pulau Sumatera seperti Kota Medan guna menemui sanak Tol Jakarta MedanTarif Tol Jakarta MedanBiaya Tambahan Perjalanan Jakarta MedanPet Tol Jakarta MedanKesimpulanMungkin beberapa tahun sebelumnya perjalanan mudik dari Pulau Jawa seperti Kota Jakarta ke Kota Medan hanya bisa ditempuh menggunakan jalur udara serta air. Namun, seiring berjalannya waktu saat ini pemerintah sudah semakin memajukan infrastruktur pembangunan dengan menghadirkan jalan bebas hambatan untuk Jakarta – apabila kalian berencana melakukan perjalanan dari Jakarta ke Medan menggunakan jalan tol, sebaiknya cari tahu terlebih dahulu berapa tarif atau harga gerbang tolnya. Untuk membantunya, pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan secara lengkap mengenai tarif tol Jakarta Medan semua golongan kendaraan dilengkapi rute membahas poin utama mengenai tarif tol Jakarta Medan lebih lanjut, sebaiknya pahami terlebih dahulu beberapa ruas atau gerbang tol yang akan dilalui. Perlu diketahui, untuk melakukan perjalanan dari Kota Jakarta ke Kota Medan menggunakan jalan bebas hambatan, maka akan ada 2 jenis ruas tol yang dilintasi, yaitu tol Trans Jawa serta tol Trans secara garis besarnya terdapat 3 ruas tol yang akan dilalui ketika seseorang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Medan melalui jalan bebas hambatan tersebut. Adapun beberapa ruas tol yang termasuk ke dalam rute perjalanan dari Jakarta ke Medan tersebut diantaranya yaitu seperti di bawah – – – Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung – – Tinggi – Kualanamu – Tanjung – Tol Jakarta MedanDi atas sudah dijelaskan secara lengkap mengenai daftar rute perjalanan melalui jalan tol dari Jakarta ke Medan. Nah, ruas tol pertama yang akan dilalui ketika hendak menuju Pula Sumatera yaitu ruas tol Jakarta – Tangerang kemudian Tangerang – Merak lalu menyeberang menggunakan berhasil menyeberang dari Pelabuhan Merak, Maka ruas tol selanjutnya yang akan dilintasi yaitu Gerbang tol Bakauheni Selatan. Kemudian kalian akan tiba di Gerbang tol Terbanggi Besar dan melanjutkan perjalanan di dalam tol Trans Sumatera menuju Kayu berada di dalam tol Trans Sumatera, kalian hanya perlu mengikuti beberapa rute perjalanan seperti yang sudah kami berikan sebelumnya, yaitu Kayu Agung – Jakabaring, Pekanbaru – Dumai, Tebing Tingi – Kualanamu – Tanjung Monawa serta Monawa – diingat, saat ini hampir semua gerbang tol Trans Jawa ataupun Trans Sumatera sudah menggunakan teknologi kartu e toll sebagai media pembayarannya. Daripada penasaran, berikut akan kami jelaskan secara lengkap mengenai besaran tarif tol Jakarta Medan untuk semua rute perjalanan dan golongan TolJakarta – TangerangRp – MerakRp – Terbanggi BesarRp Besar – Pematang Panggang – Kayu AgungRp Agung – JakabaringRp – Dumai Exit PinggirRp Tinggi – Kualanamu – Tanjung MonawaRp – Medan Exit Bandar SelamatRp tol Jakarta Medan di atas dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan di total, kebutuhan anggaran dana untuk melakukan perjalanan dari Jakarta ke Medan menggunakan jalan tol yaitu kurang lebih sekitar Rp Namun, perlu diingat bahwa pemerintah bisa saja melakukan penyesuaian tarif tol karena hal-hal tertentu sehingga saran kami sebaiknya siapkan anggaran biaya melebihi estimasi di Tambahan Perjalanan Jakarta MedanSetelah mengetahui tarif tol Jakarta Medan, selanjutnya kalian juga perlu mengerti bahwa perjalanan tersebut tidak hanya melalui jalan bebas hambatan saja, namun juga membutuhkan armada laut seperti kapal. Maka dari itu, kalian membutuhkan biaya tambahan sebagai tarif naik kapal feri untuk menyeberang dari pelabuhan Merak ke saat ini, harga tiket kapal dari pelabuhan Merak ke pelabuhan Bakauheni yaitu kurang lebih sekitar Rp untuk satu kendaraan. Jadi, apabila di total dengan tarif tol dan pembelian harga tiket kapal, maka untuk melakukan perjalanan dari Kota Jakarta ke Kota Medan membutuhkan anggaran dana sekitar Rp Tol Jakarta MedanDi atas sudah dijelaskan secara lengkap mengenai besaran tarif tol Jakarta Medan untuk semua golongan kendaraan serta rute perjalanannya. Karena perjalanan dari Kota Jakarta ke Kota Medan tergolong cukup jauh, maka sebaiknya siapkan segalanya dengan matang sejak awal, mulai dari kondisi kesehatan, perlengkapan perjalanannya dan lain di dalam perjalanan dari Jakarta ke Medan kalian merasa ngantuk atau lelah, sebaiknya menepi mencari rest area untuk beristirahat sejenak. Untungnya, saat ini di sepanjang ruas tol Trans Jawa dan tol Trans Sumatera sudah dilengkapi sejumlah rest area dengan kelengkapan fasilitasnya seperti rumah makan, SPBU, toilet, masjid dan masih banyak sekiranya penjelasan dari Biayatarif seputar tarif tol Jakarta Medan untuk semua golongan kendaraan dan rute perjalanan. Semoga informasi di atas dapat dijadikan sebagai referensi ketika hendak melakukan perjalanan dari Kota Jakarta ke Kota Medan menggunakan jalan bebas hambatan.
Pembangunanjalan tol Medan-Berastagi kembali disuarakan. Kali ini, datang dari Anggota DPR RI Djarot Saiful Hidayat ketika hadir sebagai narasumber di acara penyerapan aspirasi rakyat di rumah pengasingan Bung Karno, Berastagi, Sabtu (21/12/2019).
LONGSOR yang terjadi beberapa hari lalu di jalan menuju ka­wasan wisata Kota Berastagi tepatnya di Jalan Jamin Gin­ting KM 36-38, adalah momentum untuk segera me­wujudkan jalan alternatif Rawasering Tanjungmorawa-Seribu Do­lok, Tongging. Karena hingga kini jalan menuju Berastagi tidak memiliki jalan alternatif, sehingga saat terjadi bencana long­sor maka akan sangat berdampak terhadap kelancaran trans­portasi. Bahkan dampak longsor kemarin adalah ter­hambatnya pengiriman sayur mayur ke beberapa daerah wi­la­yah Kota Medan, sehingga sehari sayur mayur menjadi lang­ka. Apalagi longsor terjadi di tengah suasana libur Tahun Baru yang menyebabkan ribuan kenderaan terjebak beberapa jam. Pembangunan jalur alternatif semakin terasa dibutuhkan untuk meng­hindari terjadinya kemacetan di Jalan Negara Medan-Brastagi-Kabanjahe yang sudah tidak mampu lagi menampung padatnya arus lalu lintas, sehingga setiap hari-hari besar dan hari libur, terjadi kemacetan yang sangat pan­jang. Pembangunan jalan alternatif juga mendukung ka­wasan objek wisata Danau Toba yang menjadi kebanggaan warga Sumut. Perjuangan masyarakat Karo tentang pembangunan jalan tol Me­­dan-Tanah Karo yang pernah diusulkan tokoh pemuda Karo Roy Fachraby Ginitng cukup beralasan. Perlu segera di­tindaklanjuti pem­bangunannya, karena diyakini akan ber­dampak luas bagi per­kembangan ekonomi rakyat sekitar tu­juh kawasan Danau Toba di wilayah Kabupaten Karo. As­pirasi masyarakat untuk pem­­bangunan jalan tol Medan- Ta­nah Karo sepanjang sekitar 50 Km tentu akan mempercepat jarak tempuh dan mengatasi ke­­­macetan. Saat ini dengan jarak tempuh bila tidak ada kendala di jalan lebih kurang sekitar 2 jam. Bila jalan tol ini diwujudkan, ke­mungkinan waktu tempuh hanya sekira 35 menit Medan ke Brastagi. Jalur Jalan Medan Kabanjahe setiap hari di lalui ribuan kendaraan dari Medan ke 7 kabupaten yang melewati Tanah Karo yang melintas di jalan Medan-Tanah Karo, baik bus, mobil pribadi, truk maupun sepeda motor. Jalan ini penting perannya karena merupakan jalan yang menghubungkan dua provinsi Sumut-Aceh. Waktu tempuh yang seharusnya paling lambat 2 jam sampai di tujuan, bisa menjadi 8 jam, bahkan lebih jika terjadi longsor atau kecelakaan lalu lintas. Pemrakarsa, Prof Johannes Tarigan dalam paparannya di de­pan Gubsu HT Erry Nuradi dan Ketua Komite II DPD RI Par­lindungan Purba saat rapat koordinasi jalan tol beberapa wak­tu lalu menjelaskan, jalan tol Medan-Berastagi sangat pen­ting untuk kemajuan daerah Berastagi dan kawasan se­putarnya. Soalnya, jalan biasa yang saat ini ada, tidak bisa men­jadi jaminan untuk kemajuan yang lebih pasti. Karena, jarak tempuh yang seharusnya hanya dua jam, dalam kondisi tertentu seperti adanya kecelakaan lalulintas, jarak tempuh 60 kilometer bisa menjadi 12 jam. Kondisi ini, sangat tidak efektif dan efisien. Prof Johannes mengaku, proyek ini diperkirakan pe­nger­ja­an­nya akan menghabiskan dana sekira Rp 4 triliun. Jika dikelola swas­ta, diperkirakan dalam waktu 12 tahun, investor akan break even­ point BEP. Dalam sket gambar yang sudah di­rancang, jalan tol Medan-Berastagi akan terhubung dengan jalan tol Amplas. Dari tol Amplas akan terus ke Barusjahe hing­ga ke Tanah Karo. Di Tanah Karo juga perlu dibuat ring­road. Bahkan, jika sudah ter­bangun jalan tol Medan-Be­rastagi, maka jarak tempuh yang se­belumnya dua jam se­makin berkurang. Cukup 45 menit dari Me­dan ke Berastagi. Hal ini sangat efektif dan efisien. Nilai eko­nomisnya tinggi. Tidak saja arus lalulintas orang, tapi juga la­lulintas barang yang diyakini akan berkembang pesat. Setidaknya, Be­rastagi se­bagai kota wisata akan kebanjiran arus wisatawan lokal. Turis lokal diharapkan dari Medan-Deliserdang, Langkat dan Binjai. Jalan tol Medan-Berastagi ini juga akan mendukung destinasi wisata Danau Toba. Karena, wisatawan yang ingin ke Danau Toba tidak saja bisa dari Medan-Tebingtinggi-Parapat, atau langsung ke Bandara Silangit tapi juga bisa lewat Medan-Berastagi-Merek-Danau Toba. Begitu juga arus barang. Selama ini petani tidak berani memastikan kerjasama penjualan sayur-mayur dan buah-buahan ke Singapura, karena beralasan tidak pastinya arus lalulintas barang keluar dari Berastagi. Dengan adanya jalan tol, bukan hanya kepastian membawa sayur dan buah tapi juga bisa menggunakan kontainer berpendingin. Kalau pemerintah hanya memokuskan perhatian pe­ngem­bangan kawasan Danau Toba, tentu akan membuat "mati" kawasan Tanah Karo, Pakpak Bharat dan Dairi. Jadi, jalan tol Me­dan-Berastagi sabagai upaya untuk menyamarata­kan pem­bangunan bagi tiga daerah tersebut. Begitupun, pelebaran jalan Medan-Berastagi yang saat ini harus tetap menjadi prioritas. Agar proyek ini segera terwujud diperlukan kesamaan pandang antara Pemrovsu, legislatif dan pemangku kepentingan lainnya. Karena sudah ada investor swasta yang bersedia menjalankan proyek tol Medan-Karo.
Foto: Antara) MEDAN, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatra Utara (Sumut) berencana membangun Jalan Tol Medan- Berastagi. Jalan ini nantinya dilengkapi dengan Light Rail Transit (LRT) yang posisinya akan berada di tengah jalan tol.
- Pemerintah Provinsi Pemprov Sumatera Utara Sumut berencanan membangung jalan tol yang menghubungkan Kota Medan dengan wilayah Berastagi. Kabarnya, jalan tol Medan-Berastagi akan dilengkapi jalur khusus Light Rail Transit LRT yang ditempatkan di bagian tengah jalan tol. Wacana tersebut disampaikan secara langsung oleh Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi saat menghadiri Musyawarah Rencana Pembangunan Musrenbang Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Pemprov Sumut yang digelar di Holet Santika, Medan pada Kamis 08/04/2021. "Jalan tolnya itu dibangung dengan konstruksi jalan layang," ungkap Edy, dikutip dari Baca Juga Pembebasan Lahan Terdampak Proyek Jalan Tol Cisumdawu Terus Dipercepat, Pengerjaannya Sudah Sampai Mana? Edy melanjutkan, Pemprov Sumutv juga nantinya perlu mengurus perizinan terlebih dahulu ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, lantaran konstruksi jalan tol Medan-Berastagi direncanakan melintasi hutan lindung. "Jadi perlu diurus proses perizinannya. Sehingga jalan tol bisa tembus ke Berastagi dari Medan," lanjutnya. Ia berharap wacana pembangunan jalan tol Medan-Berastagi bisa mendapat dukungan penuh dari DPRD Sumut. Mengingat wilayah Berastagi punya potensi lebih yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung roda perekonomian Sumut. Baca Juga Proyek Tol Semarang-Demak Masih 'Mengambang' di Tengah Tambak, Warga Ramai-ramai Mengadu ke DPRD Jawa Tengah "Karena Berastagi itu daerah pertanian dan peternakan serta kawasan pariwisata. Dengan kondisi udara dan tanah yang mendukung, sektor peternakan di wilayah Beradtagi akan menjanjikan," ungkap Edy. Proyek pembangunan jalan tol Medan-Berastagi rencananya bisa mulai dikerjakan pada 2022 mendatang. Artikel ini telah tayang di dengan judul Pemprov Sumut Berencana Bangun Tol Layang Medan-Berastagi Tahun 2022.
Meskidemikian, jalan nasional ini juga rawan kemacetan. Masyarakat yang tergabung dalam Forum Masyarakat Nasional (Formanas) meminta agar pemerintah membangun jalan tol Medan-Berastagi. Mereka mendatangi Kantor DPRD Sumut di Jalan Imam Bonjol Nomor 5, Kota Medan, pada Selasa (27/8/2019).
JAKARTA, - Kementerian PUPR telah menuntaskan pekerjaan pembangunan kantilever pelebaran jalan dan tikungan di ruas jalan Medan-Berastagi, Sumatera Utara Sumut. Pelebaran jalan tersebut berfungsi untuk mengurai kemacetan yang sering terjadi. Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional BBPJN Sumatera Utara Brawijaya mengatakan, pembangunan kantilever pelebaran jalan dan tikungan jalur Medan–Berastagi dilakukan pada 12 di mulai dari tikungan Kawasan Sembahe sampai dengan perbatasan Kabupaten Karo menuju Berastagi. "Berharap dengan dilaksanakannya pembangunan pelebaran jalan dan tikungan melalui kantilever, dapat mengurai kemacetan jalur Medan-Berastagi yang selama ini hampir setiap hari dan kecelakaan pun rentan terjadi," ujar Brawijaya saat mendampingi Kunker Komisi V DPR RI di Medan, Sabtu 17/12/2022, dikutip dari laman Kementerian PUPR. Baca juga Jalur Pansela Jawa Minim SPBU, Basuki Saya Sudah Sampaikan ke PertaminaMenurut dia, pekerjaan pelebaran jalan dan tikungan di ruas jalan Medan-Berastagi sepanjang 2,47 km dilaksanakan menggunakan APBN Tahun 2021-2022 senilai Rp 61,8 miliar. "Pekerjaan yang dilaksanakan sejak Juli 2021 tersebut telah selesai pada Agustus 2022 oleh penyedia jasa PT. Sabaritha Perkasa Abadi selama 482 hari kalender," tandas Brawijaya. Wakil Ketua Tim Kunker Komisi V DPR RI Mohammad Iqbal menyampaikan apresiasi kepada Kementerian PUPR yang telah melaksanakan pekerjaan pembangunan pelebaran jalan di jalur Medan-Berastagi. Baca juga Flyover Jalur Ekstrem Sitinjau Lauik Dibangun 2023, Begini Rencananya Karena sebelumnya Jalan Lintas Medan-Berastagi dikenal rawan kecelakaan. Bahkan, daerah ini sering macet hingga membuat pengguna jalan merasa terganggu. "Alhamdulillah, ini pekerjaan fisiknya sudah selesai semua dan kedepannya tentu perlu dilakukan perawatan dengan baik," pungkas Iqbal. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Dimas Indra Khailiza @Pelita Danau Toba @Jeruk Berastagi
no picture MEDAN, – Rencana pembangunan jalan tol Medan-Berastagi tampaknya sulit terealisasi. Bahkan, Komisi D DPRD Sumut yang begitu getol memperjuangkan pembangunan infrastruktur ini ke Pemerintah pusat bersama Pemkab Karo, mulai berpikir realistis. Pasalnya, anggaran untuk pembangunan Tol Medan-Berastagi membutuhkan biaya yang sangat besar. Apalagi pembangunannya belum dianggap urgen oleh pemerintah pusat. Sebagai gantinya, pemerintah akan membangun jalan layang yang menghubungkan Sembahe-Tahura dengan dua seksi yakni Sembahe-Sibolangit dan Sibolangit-Tahura. “Kita pasti akan terus mendesak pemerintah untuk bangun jalan tol ke sana Berastagin Tapi kita juga sadar kalau biayanya memang sangat besar, triliunan rupiah. Maka ada solusi lain, jalan layang. Biaya jauh lebih murah, tidak sampai Rp1 triliun, hanya berkisar Rp600 miliar sampai Rp700 miliar. Kemarin kita sudah bicarakan hal ini dengan masyarakat Karo melalui ormas-ormas karo dan mereka pun setuju,” ucap anggota Komisi D DPRD Sumut, Baskami Ginting kepada Sumut Pos, Senin 1/4 siang. Menurut Baskami, hal ini sudah disampaikan kepada pemerintah pusat. “Kalau jalan tol dan jalan layang itu sudah pernah kita sampaikan kepada Bapenas, PUPR dan Komisi V DPR RI terkait masalah anggaran dan prinsipnya, mereka masih menampung usulan itu karena biayanya yang sangat besar,” ungkap Baskami. Maka dari itu, sebut Baskami, alternatif jalan layang yang biayanya jauh lebih murah tersebut diharapkan bisa terlaksana di tahun depan. “Kita akan desak pemerintah pusat supaya bisa terlaksana di tahun depan. Karena jujur saja, ini sifatnya juga mendesak, masyarakat sudah sangat membutuhkan jalan itu,” tegasnya. Ditambah lagi, lanjut politisi PDIP ini, kawasan Sembahe dan Sibolangit yang memang menjadi titik parah kemacetan. “Kalau di situ ada kecelakaan, bisa sampai 10 jam kita stagnan di situ, benar-benar parah. Maka jelas kita butuh jalan layang itu sesegera mungkin. Tapi satu hal lagi yang harus diingat, jalan layang ini bukan sebagai pengganti jalan tol, tapi sebagai alternatif lain untuk mengurai kepadatan lalu lintas”, jelasnya. Pelebaran Jalan Medan-Berastagi Belum Masuk Perencanaan Sementara, pelebaran untuk jalan lintas Medan-Berastagi sepertinya belum masuk perencanaan pembangunan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional BBPJN II tahun ini. Melihat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2018-2023, jalur alternatif Medan-Berastagi justru lebih prioritas untuk dilaksanakan. “Setau saya tidak ada pelebaran jalan Medan-Berastagi. Begitupun, karena Jalan Medan-Berastagi adalah jalan nasional, tentu domainnya ada pada BBPJN II. Mungkin bisa ditanyakan ke mereka,” kata Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi BMBK Sumut, Iswahyudi menjawab Sumut Pos, Senin 1/4. Dia hanya mengatakan, pihaknya memang sudah melakukan perencanaan buat pembangunan pelebaran jalan provinsi pada tahun ini. Namun sayang, Iswahyudi tak ingat persis detil daerah-daerah mana saja yang akan dikerjakan tersebut. “Saya gak ingat, detilnya harus saya cek dimana saja,” katanya. Kepala Satuan Kerja Kasatker BBPJN II, Zamzami, juga mengaku belum mengetahui kabar tersebut. Secara detil ia menyarankan agar hal ini ditanyakan ke bagian perencanaan BBPJN II, sehingga informasi yang diperoleh tidak mengambang. “Saya belum ada info tentang itu, dan tidak ingat. Coba ke bagian perencanaan. Beliau kebetulan orang baru dan pindahan dari Jakarta,” katanya. Meski begitu, ia mengakui, pihaknya memang fokus menangani semua jalan nasional yang ada di Sumut terutama atas kondisi kerusakan jalan yang sudah parah. Namun sekali lagi Zamzami menuturkan, kalau rencana seputar pelebaran jalan atau yang terkhusus ruas Medan-Berastagi, belum mengetahuinya. Seperti diketahui, visi-misi Gubsu dan Wagubsu, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah sudah dituangkan dalam bentuk RPJMD Sumut periode 2018-2023. Dalam RPJMD juga dimasukkan pengembangan wilayah pada 14 kawasan strategis provinsi, yakni melalui pembangunan kawasan Sport Center berstandar internasional, pembangunan jalan alternatif Medan Berastagi, akses Jalan Lingkar Pulau Nias. Adapun nawacitanya, guna mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antarwilayah akan membangun berbagai infrastruktur di Sumut. Pembangunan infrastruktur dimaksud, juga diarahkan kepada peningkatan konektivitas antarwilayah melalui pembangunan dan peningkatan jalan jembatan dengan target terwujudnya jalan mantap 90% di Sumut. prn/mag-1 no picture MEDAN, – Rencana pembangunan jalan tol Medan-Berastagi tampaknya sulit terealisasi. Bahkan, Komisi D DPRD Sumut yang begitu getol memperjuangkan pembangunan infrastruktur ini ke Pemerintah pusat bersama Pemkab Karo, mulai berpikir realistis. Pasalnya, anggaran untuk pembangunan Tol Medan-Berastagi membutuhkan biaya yang sangat besar. Apalagi pembangunannya belum dianggap urgen oleh pemerintah pusat. Sebagai gantinya, pemerintah akan membangun jalan layang yang menghubungkan Sembahe-Tahura dengan dua seksi yakni Sembahe-Sibolangit dan Sibolangit-Tahura. “Kita pasti akan terus mendesak pemerintah untuk bangun jalan tol ke sana Berastagin Tapi kita juga sadar kalau biayanya memang sangat besar, triliunan rupiah. Maka ada solusi lain, jalan layang. Biaya jauh lebih murah, tidak sampai Rp1 triliun, hanya berkisar Rp600 miliar sampai Rp700 miliar. Kemarin kita sudah bicarakan hal ini dengan masyarakat Karo melalui ormas-ormas karo dan mereka pun setuju,” ucap anggota Komisi D DPRD Sumut, Baskami Ginting kepada Sumut Pos, Senin 1/4 siang. Menurut Baskami, hal ini sudah disampaikan kepada pemerintah pusat. “Kalau jalan tol dan jalan layang itu sudah pernah kita sampaikan kepada Bapenas, PUPR dan Komisi V DPR RI terkait masalah anggaran dan prinsipnya, mereka masih menampung usulan itu karena biayanya yang sangat besar,” ungkap Baskami. Maka dari itu, sebut Baskami, alternatif jalan layang yang biayanya jauh lebih murah tersebut diharapkan bisa terlaksana di tahun depan. “Kita akan desak pemerintah pusat supaya bisa terlaksana di tahun depan. Karena jujur saja, ini sifatnya juga mendesak, masyarakat sudah sangat membutuhkan jalan itu,” tegasnya. Ditambah lagi, lanjut politisi PDIP ini, kawasan Sembahe dan Sibolangit yang memang menjadi titik parah kemacetan. “Kalau di situ ada kecelakaan, bisa sampai 10 jam kita stagnan di situ, benar-benar parah. Maka jelas kita butuh jalan layang itu sesegera mungkin. Tapi satu hal lagi yang harus diingat, jalan layang ini bukan sebagai pengganti jalan tol, tapi sebagai alternatif lain untuk mengurai kepadatan lalu lintas”, jelasnya. Pelebaran Jalan Medan-Berastagi Belum Masuk Perencanaan Sementara, pelebaran untuk jalan lintas Medan-Berastagi sepertinya belum masuk perencanaan pembangunan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional BBPJN II tahun ini. Melihat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2018-2023, jalur alternatif Medan-Berastagi justru lebih prioritas untuk dilaksanakan. “Setau saya tidak ada pelebaran jalan Medan-Berastagi. Begitupun, karena Jalan Medan-Berastagi adalah jalan nasional, tentu domainnya ada pada BBPJN II. Mungkin bisa ditanyakan ke mereka,” kata Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi BMBK Sumut, Iswahyudi menjawab Sumut Pos, Senin 1/4. Dia hanya mengatakan, pihaknya memang sudah melakukan perencanaan buat pembangunan pelebaran jalan provinsi pada tahun ini. Namun sayang, Iswahyudi tak ingat persis detil daerah-daerah mana saja yang akan dikerjakan tersebut. “Saya gak ingat, detilnya harus saya cek dimana saja,” katanya. Kepala Satuan Kerja Kasatker BBPJN II, Zamzami, juga mengaku belum mengetahui kabar tersebut. Secara detil ia menyarankan agar hal ini ditanyakan ke bagian perencanaan BBPJN II, sehingga informasi yang diperoleh tidak mengambang. “Saya belum ada info tentang itu, dan tidak ingat. Coba ke bagian perencanaan. Beliau kebetulan orang baru dan pindahan dari Jakarta,” katanya. Meski begitu, ia mengakui, pihaknya memang fokus menangani semua jalan nasional yang ada di Sumut terutama atas kondisi kerusakan jalan yang sudah parah. Namun sekali lagi Zamzami menuturkan, kalau rencana seputar pelebaran jalan atau yang terkhusus ruas Medan-Berastagi, belum mengetahuinya. Seperti diketahui, visi-misi Gubsu dan Wagubsu, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah sudah dituangkan dalam bentuk RPJMD Sumut periode 2018-2023. Dalam RPJMD juga dimasukkan pengembangan wilayah pada 14 kawasan strategis provinsi, yakni melalui pembangunan kawasan Sport Center berstandar internasional, pembangunan jalan alternatif Medan Berastagi, akses Jalan Lingkar Pulau Nias. Adapun nawacitanya, guna mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antarwilayah akan membangun berbagai infrastruktur di Sumut. Pembangunan infrastruktur dimaksud, juga diarahkan kepada peningkatan konektivitas antarwilayah melalui pembangunan dan peningkatan jalan jembatan dengan target terwujudnya jalan mantap 90% di Sumut. prn/mag-1 WakilKetua DPRD Sumatera Utara, Ruben Tarigan menambahkan, terkait jalan tol Medan-Berastagi yang sudah sangat mendesak sekaligus untuk memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat Sumatera Utara. "Kami pihak DPRD Sumatera Utara tidak dapat berbuat apa apa, karena dana untuk pembangunan tol Medan-Berastagi, cukup tinggi anggarannya sehingga harus MEDAN— Pemerintah mulai melakukan uji kelayakan atau feasibility study rencana proyek pembangunan jalan tol Medan-Berastagi. Uji kelayakan ditargetkan selesai pada Januari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II Medan Selamat Rasidi mengatakan,guna mengakomodir permintaan masyarakat, pemerintah mulai melakukan studi kelayakan pembangunan jalan tol Medan- Berastagi. Pasalnya, setiap kegiatan atau proyek yang memiliki nilai besar membutuhkan sebuah studi untuk mengukur nilai ekonomi proyek tersebut.“Apabila feasible layak bangun, maka nanti akan masuk tahapan Detail Engineering Design DED.Itu dibuat 10-20 alternatif. Ini nanti larinya ke arah penetapan lokasi yang akan dilakukan oleh kepala daerah,” jelasnya ditemui di Universitas Sumatra Utara Kamis 17/6/2019.Setelah itu, lanjutnya, perlu ada perlu ada izin dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup KLH, supaya tidak merusak daerah-daerah seperti taman margasatwa atau lingkungan tersebut. Adapun proyek dikatakan layak untuk dibangun apabila memiliki rasio atau internal rate of return IRR sekitar 12 persen. Artinya, apabila nanti jalan lama dibandingkan dengan yang baru terdapat 12 persen nilainya. Sementara aat ini, rasio yang dimiliki masih sekitar 5 persen-6 lahan perbukitan di Berastagi menjadi salah satu kendala berat. Untuk membangun tol di daerah tersebut, lanjutnya, paling tidak membutuhkan dana sekitar Rp200 miliar perkilometer, itu pun di luar biaya lahan. Jadi misalnya panjang tol 40 kilometer, maka total dana yang dibutuhkan lebih dari Rp8 triliun. “Dana ini cukup besar, bukan pemerintah tidak mau [bangun]. Itu makanya diperlukan FS yang teliti. pemerintah pusat melalui kementerian PUPR sedang buat FS,” mengandalkan dana dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR tidak akan mencukupi untuk pembangunan jalan tol Medan-Berastagi, mengingat dana PUPR juga difokuskan untuk pembangunan di ibu kota selanjutnya dibutuhkan tambahan investor. “Supaya 2/3 dari investor, 1/3 dari pemerintah,” katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini jalan tol Nq1yhBa.
  • y0yb82fl5v.pages.dev/356
  • y0yb82fl5v.pages.dev/378
  • y0yb82fl5v.pages.dev/183
  • y0yb82fl5v.pages.dev/399
  • y0yb82fl5v.pages.dev/265
  • y0yb82fl5v.pages.dev/149
  • y0yb82fl5v.pages.dev/309
  • y0yb82fl5v.pages.dev/289
  • y0yb82fl5v.pages.dev/209
  • jalan tol medan berastagi